MEDIA LOKAL RAMAH & AKURAT

Minggu, 31 Maret 2013

Ditjen Binapenta Kemenakertrans RI Berharap TKS Pacu Pengembangan Usaha Masyarakat

Para TKS Sedang Berpose Bersama Ditjen Binapenta 
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI

GANGGA (KM SAMBI WARGA), Pendayagunaan Tenaga Kerja Sarjana yang diprogram pemerintah, dalam hal ini Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi lewat Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja Republik Indonesia diharapkan dapat memacu dan mendorong lahirnya wirausaha baru di tengah masyarakat. Program yang telah diprogramkan sejak empat tahun lalu untuk memberikan peluang bagi para sarjana untuk mengaktualisasikan diri di masyarakat dengan melakukan pendampingan maupun pemberdayaan terhadap kelompok-kelompok usaha masyarakat yang berbasis aset ekonomi lokal. Kebijakan adanya tenaga kerja sarjana ini ditujukan untuk menjawab tidak tersedianya lapangan kerja yang tidak seiring dengan jumlah tenaga kerja terdidik, disamping usaha perbaikan perekonomian negara yang carut marut di tengah eforia krisis ekonomi global.
            Menurut Kasubdit Ditjen Binapenta Indonesia, Norakartika Sedianingrum, M.Si,  masih tingginya angka pengangguran terdidik di pelbagai daerah di Indonesia menjadi beban tersendiri bagi pemerintah. Untuk mengakomodir tenaga kerja terselubung itu maka pemerintah melalui Program PKK menerapkan kebijakan pendayagunaan TKS guna memberi kesempatan kepada lulusan perguruan tinggi untuk mengabdikan diri kepada masyarakat.  “Program ini digelontorkan untuk menekan angka pengangguran di tengah masyarakat khususnya pengangguran terselubung. Mengingat lapangan pekerjaan sangat minim sementara pencari kerja membludak,” Demikian Norakartika saat memberi materi pembekalan TKS beberapa hari lau di Hotel Giri Putri Lombok Mataram.
Jumlah sarjana khususnya yang ada di wilayah perkotaan saat ini, sambung Nora, memperlihatkan peningkatan yang signifikan seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk melanjutkan pendidikan dan peningkatan kualitas SDM ke jenjang perguruan tinggi. Tetapi sayangnya, peningkatan itu belum diiringi dengan perbaikan kondisi perekonomian nasional sehingga penyerapan tenaga kerja terdidik masih sangat minim terutama di sektor formal.  
Kondisi itu, ulas Norakartika, berdampak pada meningkatnya angka pengangguran sarjana, yang kemudian disinyalisasi sebagai pemborosan sumber daya terdidik, pasalnya pengetahuan dan keterampilan lulusan perguruan tinggi tidak termanfaatkan secara maksimal pada lapangan kerja sektor formal. Hal memerlukan kebijakan alternatif untuk menjawab ambivalensi kesempatan kerja sektor formal sehingga melahirkan peluang dan kesempatan kerja di sektor informal yang hingga saat ini masih terbuka luas bagi para sarjana. Disamping potensi SDA yang tersebar di tanah air begitu banyak serta belum terkelola secara maksimal. Di sisi lain, lahirnya kebijakan ini dipicu oleh kondisi SDM masyarakat pedesaan sangat rendah sehingga membutuhkan sumbangsih pemikiran kaum terdidik untuk mendampingi mereka dalam proses pengembangan ekonomi lokal lewat program penumbuhan usaha warga berbasis sumber daya ekonomi lokal.     
Senada dengan Norakartika, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi NTB,  Drs. Mokhlis, M.Si pada kesempatan yang sama mengatakan, untuk menangatasi serta  menjawab masalah itu pemerintah mengeluarkan kebijakan Program Pendayagunaan Tenaga Kerja Sarjana yang menekankan pelibatan penuh para sarjana dalam kegiatan pendampingan usaha masyarakat, penempatan tenaga kerja dalam maupun luar negeri, perluasan kesempatan kerja dan operator bursa kerja online guna meningkatkan penyerapan tenaga kerja lewat program antar kerja lokal, antar kerja antar daerah serta antar kerja antar negara. Para TKS difungsikan sebagai pelopor, motivator dan fasilitator  penumbuhan ekonomi masyarakat lewat pemicuan kelompok-kelompok wirausaha baru di masyarakat, disamping membantu pelaksanaan program perluasan kesempatan kerja dan memperlancar pelayanan antar kerja domestik maupun mancanegara.    
Kegiatan perluasan kesempatan kerja juga bertujuan mengupayakan tersedianya kesempatan kerja sektor informal baik lewat pembentukan kelompok usaha kecil atau usaha mandiri dengan memanfaatkan potensi lokal ada di wilayah pedesaan. Program tersebut juga dipadukan dengan program pembentukan Tenaga Kerja Pemuda Mandiri Profesional (TKPMP), penyebarluasan teknologi tepat guna dan pengembangan sistem Padat Karya di tengah masyarakat. (dj)     




Kemiskinan “PR Berat” NTB

PUTRAWADI, DEWAN AMAN NTB


GANGGA (KM SAMBI WARGA), Menapaki usia yang ke 55 tahun, Provinsi Nusa Tenggara Barat masih dihinggapi sejumlah permasalahan yang hingga kini belum terselesaikan dengan tuntas.
            Tokoh sekaligus pemerhati kemiskinan NTB, Putrawadi, mengatakan di usianya yang sudah setengah abad lebih ini kemiskinan masih menjadi masalah yang berat sekaligus momok yang mengkhawatirkan bagi provinsi yang terbentuk pada tahun 1958 ini. Tingkat kemiskinan masih cukup tinggi mencapai 18 persen. Kendati pemerintah daerah selama ini telah berbuat cukup banyak dan maksimal untuk mengurangi tingginya angka kemiskinan itu. Inilah tantangan cukup berat bagi para calon yang bertarung pada gawe Pilkada gubernur bulan Mei mendatang. “Pemimpin NTB yang terpilih dalam percaturan pemilihan gubernur nanti mesti berusaha lebih keras lagi, ini karena pengurangan angka kemiskinan yang telah  ditargetkan 2 persen dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) NTB sampai saat ini belum tercapai,” ujar Putrawadi.   
            Putrawadi menyoroti semakin maraknya konflik sosial akhir-akhir ini seperti bentrok antar warga dan konflik horizontal lainnya. Di sepanjang tahun 2012 lalu NTB tidak henti-hentinya dirundung konflik sosial yang berimbas tidak kecil, baik jiwa dan harta benda. Bahkan, diawal tahun 2013 ini fenomena yang sama pun terjadi seperti konflik masyarakat cakranegara beberapa waktu lalu. Tentunya kondisi ini membuat kita sangat prihatin. Dan, ini menjadi perhatian utama kepala daerah selanjutnya. “Jangan sampai hal-hal yang merusak kerukunan antarwarga terjadi lagi pada kepemimpinan daerah ke depan,” ingat aktivis AMAN NTB ini.
Maraknya konflik yang terjadi salah satu faktor pemicunya adalah tekanan ekonomi dan menganganya kesenjangan sosial di tengah masyarakat. Dampaknya, situasi ini menimbulkan frustasi sosial yang mendalam dan tercermin dari mudah terhasutnya warga untuk melakukan tindakan anarkis dan destruktif. “ Semua ini ekses dari tekanan ekonomi yang cukup berat menghimpit masyarakat, ” tuturnya.
Aktivis yang sudah berselancar bertahun-tahun di AMAN ini melihat, bahwa selama ini setiap kali timbul konflik sosial, pemerintah dinilai tidak mampu mencari akar persoalan dibalik konflik sosial itu sehingga duduk perkaranya tidak pernah dapat diselesaikan hingga tuntas. Sesungguhnya, dalam penyelesaian konflik itu tidak hanya dapat menggunakan pendekatan keamanan dan formalitas semata tapi perlu melihat latar belakang yang menyulut terjadinya konflik. Sehingga kita tidak perlu heran kenapa konflik muncul berkali-kali bahkan menjadi rutinitas tahunan masyarakat.
Oleh karena itu supaya pelbagai problem sosial kemasyarakatan itu dapat terselesaikan sampai keakar-akarnya maka pemimpin NTB kedepan harus mampu membaca dinamika sosial masyarakat, peduli dan mengayomi masyarakat bahkan harus merasa senasib dengan masyarakat terutama warga miskin dan terpinggirkan.  Karenanya para calon yang bertarung pada Pilkada Mei mendatang harus mampu menawarkan konsep-konsep jitu dan praktis-pragmatis untuk menyelesaikan sekian problematika yang tengah dialami jutaan masyarakat Nusa Tenggara Barat bukan hanya mengumbar janji-janji muluk yang pada akhirnya cuma bikin kaum miskin dan termarjinalkan kecewa dan traumatis yang mendalam.
Setidaknya pemimpin NTB kedepan harus mampu menjawab tiga problem besar yang hingga kini masih membuat daerah ini terseok-seok dibanding daerah lainnya di Indonesia. Pertama, masalah kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan dan penganguran merupakan problem terbesar provinsi ini yang tidak pelak telah  membuat daerah ini masih jauh ketinggalan dengan daerah lain. Indikator masih tingginya kemiskinan itu salah satunya diperlihatkan oleh masih banyak warga miskin yang belum memiliki pekerjaan tetap yang dibuktikan dari masih tingginya masyarakat pengangguran dan setengah menganggur terutama di wilayah-wilayah pelosok dan pesisir pantai. Untuk mengatasi masalah ini pemimpin kedepan mesti mampu menawarkan konsep-konsep strategis yang dapat memberi ruang pekerjaan kepada masyarakat pengangguran dan setengah menganggur tersebut.
Kedua, masalah kesehatan. Kesehatan menempati urutan kedua masalah besar yang menghinggapi NTB. Masih banyaknya angka kematian ibu dan anak dalam beberapa tahun terakhir ini mengindikasikan masih rendahnya kualitas kesehatan masyarakat. Karenanya, pemimpin kedepan harus mampu menawarkan konsep-konsep kesehatan yang memadai, pelayanan kesehatan yang prima dan kebijakan kesehatan yang populis. Selama ini masyarakat selalu dihadapkan pada kebijakan yang menyulitkan, mata rantai birokrasi yang panjang dan berliku-liku ditambah pelayanan kesehatan yang lamban dan tidak ramah bisa dijadikan indikator untuk membuktikan fakta tersebut. Ini harus dijawab dengan pelayanan yang ramah, terbuka, transparan dan kebijakan kesehatan yang populis atau propoor. Di samping manajemen kesehatan yang praktis dan mudah diakses masyarakat.
Ketiga, masalah pendidikan. Dunia pendidikan di Nusa Tenggara Barat hingga saat ini dianulir banyak kalangan belum mengalami kemajuan meskipun telah terjadi perubahan pada manajemen dan pola pendekatan. Tetapi belum memberikan efek siginifikan bagi peningkatan indeks pembangunan manusia NTB. Ini terbukti NTB masih tetap menempati urutan 32 dari 33 provinsi di Indonesia. Meski diakui pembangunan SDM merupakan pembangunan jangka panjang yang hasilnya tidak bisa dicapai secara instan namun setidaknya kebijakan dan pola manajerial pendidikan yang mengalami perubahan itu semestinya memberi efek kemajuan. Masalah lain, anggaran pendidikan juga tidak beranjak meningkat, semestinya harus terealisasi 20 persen baik dari APBD maupun APBN. Anggaran yang belum terealisasi optimal ini mengharuskan para pemangku kabijakan daerah ini kedepan harus berkomitmen kuat agar pos anggaran yang jumlahnya 20 persen itu benar-benar dapat terimplementasi sesuai amanat konstitusi untuk membiayai pengelolaan pendidikan di Nusa Tenggara Barat. Ketiga problema besar di atas mestinya segera dapat dituntaskan oleh pemangku kebijakan daerah agar predikat NTB dapat berubah menyesuaikan kondisi zaman dan pergerakan peradaban manusia seperti di negara-negara maju yang mengalami kemajuan pesat bak pesawat terbang yang terbang melesat di angkasa raya.                     

Putrawadi adalah Pemerhati Masalah Kemiskinan dan Pengurus Wilayah AMAN NTB  

Pembukaan MTQ Bentek Diantusiasi Warga

Wabup KLU H. NajmulAkhyar Beri Ucapan Selamat KepadaPanitia MTQ Bentek


GANGGA (KM SAMBIWARGA), Pembukaan Musabaqah Tilawatil Qur’an Tingkat Desa Bentek yang diselenggarakan di Masjid Nurul Iman Todo berlangsung semarak. Pasalnya, halaman masjid jami’ desa setempat dipadati warga dari berbagai wilayah di Bentek. Antusiasme warga mengikuti jalannya acara pembukaan membludak sampai-sampai jalan raya di depan masjid dijejali massa yang berarti antusiasme warga menghadiri arena musabaqah cukup tinggi. Dari lansiran Media SW (Kamis, 28/03/2013) penonton yang menyemuti halaman masjid setempat diperkirakan mencapai 400-an orang.
Dalam laporannya, Ketua Panitia Putrawadi, menyatakan peserta MTQ Desa Bentek 2013 ini diikuti oleh enam dusun. Dari enam dusun yang mendaftarkan diri itu, sambungnya, semua dusun menurunkan kafilah hampir pada seluruh cabang mata lomba. Dua diantara enam dusun yang mengirim peserta paling lengkap adalah Dusun San Baro, sedangkan yang paling banyak kafilahnya adalah Dasan Bangket, tetapi tidak semua mata lomba diikuti.
Meskipun musabaqah tilawatil qur’an sudah sering diadakan, namun tingkat kehadiran warga menonton tak pernah surut. Namun kegiatan ini pernah surut beberapa tahun dan bangkit kembali pada tahun 2007 yang juga tidak pernah sepi dikunjungi masyarakat. Meski begitu, penyelenggaraan lomba kali ini memang berbeda dengan beberapa tahun lalu, sebab animo warga tidak sebanyak saat ini. Penonton tak cuma berasal dari masyarakat Desa Bentek saja namun juga berasal dari Desa Jenggala dan Desa Gondang. Lomba yang diselenggarakan pada masa awal kepemimpinan Warna Wijaya ini berjalan lancar dan aman sesuai harapan semua pihak.
Sekretaris Paitia Lomba, Erwin Rahadi, ketika ditemui Sambi Warga di sela-sela lomba, mengatakan, lomba MTQ kali ini bisa berjalan sesuai harapan bersama. Hal ini berkat dukungan dan partisipasi pelbagai kalangan di Bentek terutama para pemuda. Atas kelancaran pembukaan MTQ tersebut ia mengucapkan rasa terima kasih kepada semua lapisan masyarakat Bentek yang sangat antusias menyambut dan mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut. “Kami ucapkan beribu-ribu terima kasih kepada warga Bentek terutama masyarakat Todo karena telah mendukung dan membantu pagelaran MTQ ini. Tanpa dukungan penuh banyak pihak mustahil kegiatan yang kami inisiasi ini bisa berjalan lancar,” tuturnya.
Hal senada diungkapkan Kepala Desa Bentek bahwa MTQ yang diprakarsai beberapa kaum muda Bentek ini mendapat apresiasi luar biasa dari masyarakat desa  setempat terutama masyarakat Todo sebagai tuan rumah. Pria yang berambut pirang ini lebih jauh mengungkapkan, pemerintah desa memberi apresiasi cukup tinggi kepada para pemuda yang peduli terhadap membangun desa lewat penyelenggaraan musabaqah qur’an ini guna melahirkan generasi yang berkualitas dengan penghayatan kandungan alqur’an. Kegiatan MTQ menjadi program unggulan pemerintah Desa Bentek dan setiap tahun akan dilaksanakan secara rutin. “MTQ kegiatan rutin desa ini selama tampuk kepemimpinan berada di tangan saya,” bebernya (dj)     

Latihan Rutin untuk Memenuhi Kontrak Pentas

 GROUP KECIMOL GEMA CITRA RINJANI BENTEK
 GANGGA (KM SAMBIWARGA) Potensi kesenian lokal sebagai aset budaya dan tradisi  masyarakat akan mengalami perkembangan pesat di Kecamatan Gangga. Seperti yang dialami Kecimol Gema Citra Rinjani. Sebagai campuran antara kesenian klasik dengan kesenian modern, kecimol ini tampak mengalami perkembangan akhir-akhir ini. Hal ini dapat dilihat dari padatnya aktivitas latihan pada triwulan pertama tahun 2013. Pemadatan jadwal yang semula cuma sekali dalam seminggu berubah menjadi 3 kali dalam seminggu. Ditetapkannya penambahan jadwal itu disepakati bersama dalam musyawarah antaranggota serta didasarkan atas pertimbangan banyak masyarakat yang menyewa atau mengkontrak pementasan.
Penambahan waktu latihan itu dibenarkan oleh salah satu pengurus kecimol setempat, EKA. Menurutnya bertambahnya jadwal latihan itu sudah disepakati dalam rembug anggota. Meskipun kegiatan latihan tetap diadakan sejak kesenian ini lahir. Anggota lain, Sabdi, juga mengutarakan hal yang sama bahwa latihan itu untuk mematangkan kecakapan para anggota dalam memainkan alat sebelum terjun pentas yang telah diagendakan ke beberapa wilayah di Gangga serta memaksimalkan penampilan saat pentas. Dalam Maret ini, lanjutnya, kami telah dikontrak oleh beberapa warga di wilayah Gangga seperti Genggelang, Rempek dan Gondang.    Latihan kami adakan 3 kali dalam seminggu untuk mematangkan kecakapan anggota sebelum pentas yang biasanya kami lakukan sore hari,” paparnya. 
            Menurut anggota lain yang enggan diberitakan mengatakan, hingga kini kecimol setempat masih tetap eksis sesuai harapan awal pembentukan kesenian ini. Ini karena kecimol Gema Citra Rinjani ini lahir untuk membangkitkan semangat masyarakat agar  lebih memahami kaedah dan signifikansi kesenian bagi kehidupan manusia. Dalam pandangan gitaris GCR, Sunaidi, kecimol pada dasarnya memiliki nilai-nilai estetis dan eksotik yang luhur. Keluhuran nilai estetika dan eksotika itu tampak dari antusiasme penonton yang secara tak sadar kerapkali terbawa arus dan berdendang diiringi dengan tetabuhan musik kecimol. Bahkan kecimol ini telah melalang buana diseantero bumi TIOQ TATA TUNAQ hingga ke luar daerah seperti Lotim dan Sumbawa Barat. “Sampai saat ini kami sudah pentas baik di dalam wilayah maupun ke luar wilayah dayan gunung,” ketusnya. (dj) 

Kasubdit Binapenta Kemenakertrans RI Tinjau Bakong Indah

Kasubdit Binapenta Kemenakertrans RI


GANGGA (KM SAMBI WARGA),­ Kepala Sub Direktorat Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, Erna Noviati, meninjau langsung Kelompok Usaha Kecil Pertukangan Bakong Indah Desa Bentek Kecamatan Gangga. Tinjauan lapangan itu dilakukan untuk melihat perkembangan kelompok pertukangan setempat sebagai salah satu sasaran Program Perluasan Kesempatan Kerja Ditjen Binapenta RI. Tujuan peninjauan itu untuk mengevaluasi layak atau tidaknya kelompok setempat diberikan program Terapan Teknologi tepat Guna.
Erna mengungkapkan pemerintah pusat lewat direktorat yang dipimpinnya punya banyak program pemberdayaan kelompok-kelompok usaha masyarakat pedesaan di seluruh belahan nusantara. Kegiatan itu juga dilakukan sebagai kepedulian pemerintah mengentaskan kemiskinan  masyarakat dari sisi ekonomi, disamping program tersebut relevan dengan agenda utama pemerintah KLU dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui konsep Gaung Daye Emas sebagai manifestasi program MP3EI , dmana hal ini menjadi indikator terciptanya progresifitas akselerasi perkembangan dan kemajuan pembangunan perekonomian daerah.
            Di tempat yang sama Kepala Bidang Tenaga Kerja Kabupaten  Lombok Utara, Artadi, SH, saat memberikan pengayaan tentang prospek program pemerintah daerah khususnya instansi yang dinaunginya saat mendampingi Kasubdit Binapenta RI di Sekretariat Bakong Indah, San Baro, Desa Bentek, Kecamatan Gangga.
Lebih lanjut, Artadi, menegaskan, masih sangat banyak masyarakat miskin di kabupaten termuda di NTB ini yang perlu dibina lewat program penumbuhan usaha ekonomi produktif. Karenanya, tahun 2013 pemerintah pusat akan menggelontorkan program pengembangan kapasitas usaha ekonomi produktif yang dilakukan serempak, seperti Terapan TTG, Padat Karya Produktif (PKP) dan Tenaga Kerja Mandiri (TKM). Diakhir pengarahannya, ia berharap supaya warga yang berkecimpung di ranah usaha benar-benar bekerja  dan berusaha dengan ikhlas dan ulet dengan tetap menonjolkan semangat guna meraih cita-cita yang telah dicanangkan bersama anggota kelompok. Acara yang memakan waktu kurang lebih satu jam setengah itu berakhir pukul 11.00 wita.
Sedangkan TKS Pendamping, Eka Sasmita, mengatakan, perlu adanya spirit berusaha bagi kelompok dalam rangka memicu dan menumbuhkan semangat anggota dalam membangun ekonomi lewat kegiatan berwirausaha secara produktif, mandiri dan profesional. Upaya itu ditempun guna membantu masyarakat miskin mencari solusi meminimalisasi agar bisa keluar dari situasi yang kemiskinan yang melilit akibat krisis ekonomi global yang tak kunjung surut. (dj)