MEDIA LOKAL RAMAH & AKURAT

Sabtu, 31 Agustus 2013

**Refleksi Makna Kemerdekaan

Secara fisik, sudah 68 tahun bangsa Indonesia lepas dari belenggu penjajahan. Namun, kenyataannya negeri ini masih carut marut di segala bidang, bahkan mungkin akan lebih dari kenyataan pahit saat ini. Tak ayal lagi Indonesia masih terpuruk dibandingkan negara lainnya. Anehnya, di tengah-tengah keterpurukan ini sebagian kalangan malah berfoya-foya dengan dalih merayakan kemerdekaan. Ia terlena akan makna kemerdekaan sejati.
Gempita kemerdekaan sangat marak menjelang ritual peringatan ke 68 tahun Indonesia mengenang kebebasannya beberapa waktu lalu di sela-sela hiruk pikuknya kota hingga merambah ke desa-desa. Lampu kerlap-kerlip pun ikut menghiasi dan menghidupkan suasana keceriaan. Selaksa ikut menyambut kemerdekaan Republik Indonesia. Sesekali terdengar pekikan “merdeka” oleh anak-anak kecil seakan-akan mengajak kita kembali pada masa-masa perjuangan dulu. Dengan penuh riang gembira, bangsa Indonesia mulai anak-anak sampai orang dewasa menyambut kemerdekaannya.
Sudah menjadi tradisi bernegara, di setiap hari-H kemerdekaan diselenggarakan upacara kemerdekaan. Mulai dari sekolah-sekolah sampai instansi-instansi pemerintahan. Beraneka macam cara ditempuh untuk memperingati kemerdekaan, sebagian kalangan berbagai macam perlombaan, karnaval, dan bahkan ada yang berjoget ria sambil mabuk-mabukan. Intinya, mereka ingin mengekspresikan keceriaannya dengan beragam cara. Sampai-sampai mereka lalai dan tak peduli akan arti dan spirit perjuangan para pejuang bangsa.
Kendatipun sudah 68 tahun telah menikmati kemerdekaan, bukan berarti bangsa Indonesia bisa ongkang-ongkang dengan seenaknya. Seakan-akan telah usai dari garapan besarnya. Kita harus sadar bahwa cita-cita luhur para pejuang kemerdekaan belum tercapai secara sempurna. Secara fisik kita memang merdeka, tetapi secara politik, ekonomi, budaya, ideologi, dan kebebasan berpikir kita masih berada di bawah cengkeraman orang-orang Barat. Agenda besar yang ada di hadapan bangsa Indonesia saat ini adalah mengentaskan dirinya dari belenggu imperialisme baru. Bukannya melakukan hura-hura yang justru tidak menghargai tetesan keringat para pejuang. Perjuangan bangsa Indonesia dibayar dengan cucuran darah dan air mata, karenanya kita tidak boleh mengacuhkannya begitu saja. Kita harus melanjutkan perjuangan mereka menuju kemerdekaan yang hakiki. Dalam konteks ini, kita perlu merefeleksi ulang makna hakiki sebuah kemerdekaan.
Pada dasarnya, manusia terlahir di muka bumi ini dengan sejuta kebebasan. Terlepas dari sekapan-sekapan kekuasaan di luarnya. Punya keleluasaan hak yang tidak boleh dirampas oleh pihak lain. Sebagaimana telah diujarkan oleh Sahabat Nabi Umar RA, bahwa sejak kapan kalian memperbudak manusia, sedangkan mereka dilahirkan dari rahim ibunya dalam keadaan merdeka. 
Islam adalah agama pembebas. Isi utamanya mengembalikan kemerdekaan dan hak-hak manusia yang telah dirampas oleh pihak-pihak yang bertindak sewenang-wenang. Melalui semboyan “La Ilaaha Illallah” ada isyarat yang nyata akan adanya kemerdekaan secara purna dalam Islam. Dengan pernyataan “Laa Ilaha” berarti manusia telah melepaskan dirinya dari penghambaan dan ketundukan dari kekuatan mana saja yang menghegemoni dirinya. Tapi perlu diingat, bahwa kebebasan yang kelewat batas akan menimbulkan anarkisme. Maka, perlu dihadirkan kata “Illallah”, artinya meskipun manusia punya kebebasan secara penuh, tapi masih dalam rel agama Allah SWT. Sahabat Ali RA, pernah mengingatkan kita dengan mengungkapkan sebuah wasiatnya: “Jangan sampai kalian menjadi budak orang lain, padahal kalian diciptakan Allah dalam keadaan merdeka”.
Islam secara tegas memerangi segala macam bentuk penjajahan. Tidak hanya penjajahan secara fisik saja. Tetapi di mana saja manusia merasa dirampas dan diinjak-injak hak-haknya, baik secara politik, ekonomi, ideologi, dan sosial. Dengan lantang Islam menyuarakan kemerdekaan dan melawan segala bentuk penjajahan tersebut. Dari sekian bentuk penjajahan di muka bumi ini yang paling berbahaya adalah keterkungkungan dalam sisi ideologi (kepercayaan). Karena disinilah akar dari segala bentuk penjajahan lainnya. Pasalnya, manusia yang mau diperbudak secara ideologi akan menjadikannya tunduk dan bertekuk lutut. Bahkan demi mempertahankan ideologi, manusia rela mengorbankan nyawanya. Oleh karenanya, sejak awal Islam memberikan kemerdekaan dalam ideologi. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT, “maka apakah kamu hendak memaksa manusia agar mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya”.  
Islam juga sangat menghargai kemerdekaan manusia dalam lini yang lain, baik ekonomi, sosial, politik, budaya, sebagaimana yang pernah diujarkan Nabi “Sesama umat Islam tidak boleh melanggar darah, harta, dan kehormatannya”. Ini berarti Islam sangat menghargai HAM, jiwa, harta, dan kehormatan yang tidak boleh diinjak-injak oleh orang lain. Bukan saja antara sesama muslim melainkan kepada manusia secara keseluruhan. Meskipun telah merayakan kemerdekaan yang ke 68 kali, namun belum menemui tujuan akhir, sebab cita-cita luhur pejuang bangsa terdahulu belum tercapai yaitu membangun bangsa Indonesia yang mandiri tanpa tercabik-cabik oleh kekuatan lain, baik dari sisi politik, ekonomi, sosial, budaya, dan sisi ideologi sebagaimana kemerdekaan yang diidealkan Islam. Menengok realitas yang terjadi Indonesia baru sampai setengah perjalanan saja, belum sampai kemerdekaan sejati.
Kemerdekaan yang diraih melalui pengorbanan para pejuang adalah suatu kenikmatan agung. Sehingga, cara kita mensyukurinya dengan mendayagunakan nikmat yang diperoleh ke arah ridha Allah SWT bukan berhura-hura dan berpesta fora. Ada beragam media untuk menampakkan rasa syukur kita. Pertama, syukr al-Qalbi, dengan cara merenungi kebesaran Tuhan, berkomitmen tinggi. Kedua, syukr al-Lisan, dengan cara mengagungkan Allah, berdzikir, bertasbih, dan sebagainya. Ketiga, syukr al-Badan, dengan cara melaksanakan amal kebajikan sesuai tujuan kenikmatan itu diberikan. Keempat, syukr Bil Mal, dengan cara mendermakan harta yang kita miliki ke jalan Allah SWT. Kelima, syukr al-Nafs, dengan cara meninggalkan buaian syahwat.  
Sudah menjadi tradisi yang tidak terlepas di setiap bulan kemerdekaan, bangsa Indonesia memarakkannya dengan berbagai akktivitas. Secara umum ada tiga bentuk perayaan yang dilakukan masyarakat umum. Pertama, peringatan bersifat seremonial, semacam upacara. Bentuk ini penting dilestarikan karena peringatan kemerdekaan dapat menjadikan renungan bagi kita, pelajaran untuk menapaki langkah ke depan, dan mengenang jasa-jasa para pejuang. Kedua, peringatan yang memberikan manfaat, baik secara vertikal maupun horizontal, semacam mengadakan pengajian, tahlil, berziarah ke makam pahlawan, menyantuni fakir miskin dan anak yatim. Bentuk kedua ini yang harus selalu dikembangkan sebagai bentuk rasa syukur kita atas nikmat kemerdekaan. Semakin kita bersyukur niscaya Allah akan semakin melimpahkan kenikmatan-Nya.
Ketiga, peringatan yang berbentuk hura-hura. Semacam karnaval, aneka macam lomba, pagelaran musik, pesta pora dan bentuk kegiatan lain yang mengekspresikan kegembiraan. Kegembiraan semacam ini adalah hal mubah senyampang tak melanggar aturan syara’, semisal mabuk-mabukan, menghambur-hamburkan uang. Sementara di sekeliling kita masih banyak masyarakat yang membutuhkan uluran tangan. Wal hasil, peringatan kemerdekaan merupakan hal yang harus dilestarikan sebagai wujud syukur kita kepada Allah SWT., disamping kita harus sadar akan tujuan para founding father kita membangun negeri ini. Dengan rela para pejuang mengorbankan jiwa dan raganya demi membela harga diri bangsa. Alangkah naifnya, jika kita berhura-hura dengan bertopeng peringatan kemerdekaan, sementara kita alpa akan spirit kemerdekaan sejati.               

 * Sarjono adalah pekerja sosial dan jurnalis warga







Halal Bihalal dan Sarasehan Anak Utara : Pendidikan Modal Utama Membangun

Sekda KLU, Drs.H.Suardi, MH saat jadi pembicara sarasehan pendidikan


GANGGA KM SAMBI WARGA, Idul Fitri memiliki arti kembali kepada kesucian atau kembali ke asal kejadian. Idul Fitri diambil dari bahasa Arab, yaitu ‘fithrah’, yang berarti suci.
Sebagai puncak dari seluruh kegiatan selama bulan Ramadhan 1434 H tahun ini, pada hari Minggu 25 Agustus 2013 lalu di ruang Aula Kantor Bupati Lombok Utara, telah diselenggarakan acara Halal Bihalal yang dirangkai dengan sarasehan pendidikan dengan melibatkan seluruh keluarga besar Ikatan Pelajar Mahasiswa Lombok Utara Yogyakarta.
Kebersamaan rasa sebagai satu ikatan keluarga besar IPMLU tercermin dalam acara Sarasehan dan Halal Bihalal tersebut. Dalam laporannya, Ketua Ikatan Pelajar Mahasiswa Lombok Utara Yogyakarta, Raden Prawangsa Jayaningrat mengungkapkan, kegiatan sarasehan yang dirangkai dengan halal bihalal itu merupakan agenda tahunan putra-putri dayan gunung yang menuntut ilmu di Yogyakarta. Acara itu jauh-jauh hari sudah dipersiapkan sebagai buah tangan pulang lebaran dari kota gudeg. Diusungnya kegiatan sarasehan pendidikan, lanjut Jayaningrat, karena pendidikan merupakan aset masa depan daerah. “Hanya pendidikan yang mampu mengawal dan mengubah nasib daerah, terlebih lagi bagi Lombok Utara yang baru berumur 5 tahun, sudah barang tentu membutuhkan sumber daya manusia yang memadai dan berkualitas agar cita-cita mewujudkan daerah otonom yang maju dan mandiri dapat tercapai,”  cetus Prawangsa.
Yoga, sapaan akrab Prawangsa Jayaningrat, menambahkan, sebagai duta Lombok Utara, para pelajar dan mahasiswa yang terhimpun dalam IPMLU merasa berkewajiban ikut serta membangun gumi adi mirah paer daya lewat konsep pendidikan yang benar,   humanis dan sesuai dengan kebutuhan daerah. Ini penting karena era otonomi daerah memandatkan setiap daerah harus mampu menyeting format pendidikan sendiri sesuai kebutuhan. Karena itu salah satu mandat otonomi daerah. “Sejauh ini kami melihat konsep pendidikan di daerah ini kurang cocok dengan kebutuhan, sehingga kami berinisiatif membincangkan persaoalan ini lewat sarasehan hari ini,” tutur Yoga.       
Sementara Ketua Panitia Sarasehan, Beni Ramadan dalam laporan singkatnya menuturkan, pada bulan Ramadhan tahun ini, IPMLU mengadakan beberapa kegiatan seperti buka puasa bersama dan bakti sosial pembersihan area sekolah alam Sokong, sebuah wadah pendidikan kreatif, humanis dan elegan asuhan Nursida Syam salah seorang perintis yang membidani lahirnya IPMLU Yogyakarta tahun 2002 lalu.
Setelah laporan Raden Prawangsa Jayaningrat, Ketua Umum IPMLU dan Beni Ramadan Ketua Panitia Sarasehan & Halal Bihalal 1434 H, acara dilanjutkan dengan sarasehan dengan tema “Peran dan Posisi Pemerintah Daerah terhadap Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan Lombok Utara”. Sarasehan itu diisi oleh tiga narasumber, masing – masing Bupati diwakili Sekda Lombok Utara, Kepala Dinas Dibudpora KLU dan Nursida Syam (alumni IPMLU Yogyakarta) dan dimoderatori Sarjono, S.I.Kom., mantan Ketua IPMLU. Sekda Lombok Utara, H. Suardi, MH mengatakan, bahwa dalam rangka mengembangkan pendidikan dan kebudayaan di kabupaten yang baru berumur 5 tahun itu, pemerintah daerah telah mencanangkan gerakan kembali ke khittah pendidikan. Salah satu wujud implementasi gerakan tersebut adalah menggalakkan materi-materi pelajaran agama di semua sekolah dalam pelbagai jenjang dan jenis lembaga pendidikan yang ada baik sekolah negeri maupun sekolah swasta. Di samping itu, juga dicanangkan program “Maghrib Mengaji” dan “Bulan Maulid sebagai Bulan MTQ”. Untuk kedua kegiatan ini pemerintah telah mendorong masyarakat untuk membentuk TPQ di setiap dusun serta mensuport pendanaannya melalui anggaran dan belanja daerah. “Program ini adalah langkah awal pengembangan pendidikan dan kebudayaan di KLU. Dimana program tersebut kita dorong secara kontinyu dan berkelanjutan supaya kita menuai hasilnya di masa mendatang,” ujar sekda.
Hampir senada dengan Sekda, Kepala Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Lombok Utara Drs. H. Suhrawardi, M.Pd, mengatakan, demi mewujudkan pencanangan gerakan kembali ke khittah pendidikan itu, pihaknya telah melakukan pelbagai upaya seperti pemberantasan buta aksara lewat program kerja paket dan keaksaraan fungsional bagi masyarakat yang telah dilaksanakan di pelbagai lapisan masyarakat KLU. Di samping itu juga membenahi sarana-prasarana pendidikan seperti penambahan ruang kelas baru, pengadaan perpustakaan sekolah, pengadaan musholla di setiap sekolah maupun peningkatan kapasitas pelaku pendidikan seperti peningkatan kualitas guru lewat uji kompetensi guru, pemberian tunjangan fungsional, diklat kurikulum dan manajemen kependidikan serta pemberian sertifikasi kepada guru yang dinilai layak dan kompeten serta meningkatkan kemampuan guru dalam bidang informasi dan teknologi. “Tujuan kita sejauh ini bagaimana para pelaku pendidikan di Lombok Utara terutama guru agar lebih cekatan dalam mengajar dan mendidik, selain mereka juga mesti ramah IT agar tidak gagap teknologi canggih,” tutur Suhrawardi.
Sedangkan Nursida Syam, mengungkapkan, wujud gerakan kembali ke esensi pendidikan itu dapat ditempuh melalu banyak cara tidak saja lewat lembaga pendidikan formal, namun pendidikan informal dan nonformal juga berperan penting. “Berbicara khittah berarti berbicara makna hakiki pendidikan itu sendiri,” cetusnya. Oleh karena itu, perlu ada aksi nyata di lapangan, bukan sekedar konsep apalagi retorika semata. Ia kemudian mencontohkan sekolah alam yang diasuhnya juga termasuk usaha nyata dari pemaknaan kembali ke esensi pendidikan. Lembaga pendidikan apapun jenisnya harus mampu mewujudkan insan yang humanis, intelektualis, religius, bermoral tinggi dan berakhlak mulia. “Yang terpenting dari pendidikan itu adalah peserta didik itu tidak tercerabut dari akar budaya, bermoral, punya akhlak yang baik serta mengutamakan sopan santun dalam setiap gerak nafas kehidupannya.                       
Setelah acara sarasehan usai, acara dilanjutkan dengan kegiatan saling bermaaf-maafan antara mahasiswa IPMLU, pemerintah daerah dan alumni IPMLU Yogyakarta serta para tamu undangan yang hadir. Acara yang dimulai sejak pukul 09.00 pagi itu diakhiri dengan makan siang bersama sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas segala karunia nikmat yang selama ini telah diberikan kepada hamba-Nya. (dj)




Jelang Halal Bihalal, Peserta Antusias Ikuti Lomba

Salah Satu Peserta Lomba Azan


GANGGA – KM SAMBIWARGA, Remaja masjid Ittihaadul Ummah San Baro berhajat akan merayakan halal bihalal sebagai rangkaian hari raya idul fitri 1434 H. Berbagai kegiatan untuk menyemarakkan hari raya kemenangan itu diselenggarakan umat Islam setempat, misalnya kegiatan perlombaan di bidang agama dan bidang umum. Pelaksanaan lomba itu berlangsung cukup semarak. Kenapa tidak, para generasi muda setempat sangat antusias mengikuti perlombaan, dan bahkan sampai-sampai panitia lomba kewalahan menerima pendaftaran peserta. Ini menandakan animo peserta untuk mengikuti lomba yang diadakan di masjid Ittihaadul Ummah tersebut sangat tinggi. Dari empat RT yang terdapat di Dusun San Baro semuanya menurunkan delegasi masing-masing. Banyak kalangan pada awalnya menggadang-gadang tidak semua RT menurunkan delegasinya tetapi prediksi itu meleset, karena ke empat RT antusias mengirim peserta dan mengikuti hampir semua mata lomba yang diperlombakan. Satu-satunya RT yang mengirim peserta paling banyak dan paling lengkap adalah RT 04 Dayan Orong, pasalnya hanya wilayah RT empatlah yang punya peserta lengkap untuk semua mata lomba. Selain banyaknya peserta, indikator semaraknya penyelenggaraan lomba juga terlihat dari animo warga yang membanjiri lokasi perlombaan sangat tinggi. Dari lansiran Sambiwarga,  penonton yang menyemuti halaman masjid setempat  diperkirakan mencapai ratusan orang.
Meski lomba serupa bukan hanya kali ini diselenggarakan di dusun setempat, tapi tingkat kehadiran warga menonton tak pernah surut, bahkan sampai memadati tempat di luar halaman masjid karena tak cukup menampung penonton. Meskipun begitu, ternyata  penyelenggaraan lomba kali ini memang berbeda dengan tahun-tahun lalu, karena animo dan kuantitas warga yang membanjiri lokasi tidak sebanyak dan sepadat saat ini. Penonton tidak cuma berasal dari kampung setempat namun juga kampung-kampung lain seperti goa, saong, anjah dan bahkan dari dusun Selelos dan Dasan Bangket serta desa tetangga – Desa Jenggala Kecamatan Tanjung. Perlombaan yang dimotori remaja masjid Ittihaadul Ummah bekerjasama dengan pemerintah dusun setempat berjalan lancar dan aman sesuai harapan semua pihak.
Ketua Sekretaris Panitia, Syamsul Hadi, ketika ditemui Sambiwarga di sela-sela lomba mengatakan, perlombaan menjelang perayaan halal bihalal kali ini berjalan sukses,  sesuai harapan semua pihak. Nuansa ini berlangsung tidak lepas dari dukungan segenap elemen masyarakat San Baro terutama anggota remaja. Atas kelancaran lomba tersebut ia mengucapkan rasa terima kasih kepada warga San Baro yang sangat antusias menyambut dan mendukung pelaksanaan lomba. “Kami ucapkan beribu-ribu terima kasih pada warga San Baro karena telah mendukung dan membantu pelaksanaan lomba ini. Tanpa dukungan penuh banyak pihak tak mungkin kegiatan lomba ini berjalan lancar,” terangnya. (an)     

Penambangan Liar Dikhawatirkan Akibatkan Bantaran Sungai Longsor




GANGGA – KM SAMBIWARGA, Aktivitas penambangan tak berizin (penambangan liar) yang telah terjadi sejak tiga bulan lalu di beberapa bantaran sungai segara di Desa Bentek telah mengkhawatirkan banyak pihak. Pasalnya penambangan yang tak terkontrol itu dicemaskan akan membawa bahaya dan preseden buruk bagi masyarakat di wilayah sekitar bantaran sungai bahkan masyarakat petani di beberapa desa di Kecamatan Gangga. Kekhawatiran itu semakin tidak pelak membuat banyak warga berang. Untungnya warga belum mengambil tindakan pencegahan secara paksa terhadap para penambang. Kegiatan penambangan yang bikin warga resah itu terjadi di bantaran sungai Dusun Dasan Bangket.
Menurut salah seorang yang enggan dimediakan namanya menuturkan, aktivitas penambangan liar itu terjadi kurang lebih sejak 3 bulan lalu bahkan saat ini memasuki bulan keempat. Menurutnya, warga cemas bantaran sungai akan terkikis dan lambat laun akan longsor. Jika kenyataan hal itu terjadi maka warga khawatir akan keselamatan mereka karena bukan tidak mungkin menyebabkan kampung warga diluapi banjir, apalagi musim penghujan akan segera tiba. Bahkan, tuturnya, penambangan itu bukan hanya merugikan waarga sekitar bantaran sungai saja namun berdampak pula pada para petani di beberapa wilayah seperti petani Todo, Karang Lendang, Lekok dan para petani Desa Gondang. Bila dilihat lebih luas, kegiatan penambangan ini tidak saja akan memberi preseden buruk bagi masyarakat Kecamatan Gangga, namun juga masyarakat Jenggala Kecamatan Tanjung. Pasalnya sungai tempat mereka menambang itu merupakan perbatasan antara Kecamatan Gangga dan Tanjung.  
Kemungkinan terburuk bisa saja terjadi karena sungai segara tersebut sewaktu-waktu membawa debit air sangat besar dan deras pada musin penghujan. Karena sulit sekali memprediksikan debit air yang dibawa pada saat musim hujan tiba. Memang, pada musim kemarau ini warga masih bisa bernafas lega karena aliran sungai mengalirkan air sangat kecil, bahkan ada sebagian sungai kekeringan, bahkan saking keringnya sehingga yang kelihatan cuma batu-batu kali saja. “Situasi saat ini memang kering kerontang karena musim kamarau saat ini begitu panas. Namun bila musim hujan tiba debit air di sungai segara ini sangat besar nan deras. Jangan sampai bantaran sungai segara ini habis terkikis dan longsor gara-gara ulah oknum yang serakah dan tidak bertanggung jawab”, ketus warga kecewa.
Berkaitan dengan kegiatan penambangan yang bertendensi merugikan warga itu, Jurnalis Sambiwarga kemudian menghubungi Kepala Bentek via telepon, namun sayangnya pemimpin desa setempat tak mengangkat telepon selulernya, sehingga gagal mendapatkan informasi mengenai kejadian tersebut. Sedangkan Kepala Desa Jenggala, Syamsu Rizal, ST  ketika dikonfirmasi via telepon di kantornya mengatakan, belum mengetahui adanya aktivitas penambangan liar itu. Sehingga sang kades kaget dan berjanji akan segera meninjau lokasi penambangan. Supianto, warga Desa Jenggala berharap agar pemerintah desanya segera mengambil tindakan supaya penambangan itu diberhentikan dan memberi sansi tegas kepada para penambang, karena jika aktivitas itu tidak diberi sanksi bukan tak mungkin akan menimbulkan kerugian besar bagi masyarakat. “Kondisi ini harus segera diberhentikan dan pelakunya mesti ditindak tegas karena merugikan masyarakat”, tuturnya tegas. Situasi itu menambah keadaan bantaran sungai segara makin memperihatinkan saat ini apalagi memang badan sungai itu sedang tersandung masalah kekeringan. Oleh karena itu, aktivitas penambangan liar itu disanyalirnya menjadi biang keladi terkikisnya beberapa bantaran sungai selama ini.  
Ia kemudian menawarkan solusi yang dianggapnya dapat menyelesaikan masalah penambangan tidak berizin tersebut Pertama, pemerintah kedua desa harus membuat rencana dan regulasi perlindungan sungai yang mengikat semua pihak dengan diikuti sanksi yang tegas untuk mengakhiri adanya aktivitas penambangan liar Kedua, pemerintah daerah harus berupaya memberikan pemahaman kepada masyarakat pentingnya fungsi sungai bagi kelangsungan kehidupan bermasyarakat. Cara yang perlu dilakukan antara lain melakukan penataan terhadap bantaran sungai yang telah ditambang dengan drainase dan pentaludan dengan volume dan kualitas yang terjamin. Parameternya, dapat menjamin tidak meluapnya air serta tidak longsor bila dihantam air yang besar dan deras pada musim hujan. (dj)