MEDIA LOKAL RAMAH & AKURAT

Minggu, 23 Juni 2013

MEMOTRET MTQ IV KLU, AJANG BISNIS ATAU KOMPETISI ?*

GANGGA (KM Sambiwarga), Ajang kompetisi bergengsi Musabaqah Tilawatil Qur’an ke-tingkat Kabupaten Lombok Utara yang diselenggarakan di Kecamatan Gangga telah ditutup pekan lalu. Kompetisi itu harus dijadikan kilas balik bagi seluruh elemen masyarakat dayan gunung dalam menata masa depan bumi Tioq Tata Tunaq yang lebih baik. Pasalnya, banyak realitas janggal bahkan sungguh miris, semestinya tak perlu terjadi tapi asa berkehendak lain. Banyak sekali hal-hal yang tak patut terjadi mulai persoalan teknis seperti pelayanan konsumsi yang sangat jauh dari standar pelayanan minimal, para kafilah terabaikan hingga persoalan prinsipil seperti indikasi panitia berbisnis dan masalah lainnya yang sejatinya tidak boleh terjadi dalam MTQ. Sungguh ironis, masih banyak hal-hal yang perlu diperbaiki atau dibenahi supaya permasalahan sejenis tidak terulang kembali pada kegiatan serupa di masa mendatang. Jangan sampai hal-hal yang dapat mencederai esensi musabaqah terus terjadi hingga kesekian kalinya. Ini sangat urgentif maknanya apabila dikaitkan dengan upaya membangun menuju daerah yang maju dan beradab, karena musabaqah tilawatil qur’an sebetulnya merupakan salah satu cara kita mencintai al-Qur’an dan membumikan misi syiar Islam di tengah masyarakat terlebih lagi bagi daerah otonomi baru Lombok Utara, dimana seluruh elemen masyarakat dihadapkan dengan pelbagai program pembangunan menuju target yang telah dicanangkan.
Para pemegang polse pembangunan daerah semestinya harus lebih arif dan bijak dalam melaksanakan kegiatan besar umat Islam ini. Mengedepankan sikap etis dan santun, tatalaksana yang elok dan rapi, bukan sebaliknya, menampakkan perilaku dan tindakan yang semestinya tidak elok dihadapan publik. Bukan mengedepankan hal-hal yang justru bertolak belakang dengan semangat musabaqah itu sendiri. Panitia meski mengedepankan nilai-nilai yang luhur, etiket baik, profesionalisme dan kecakapan yang dapat mendukung kelancaran kegiatan. Ini niscaya sekali diperhatikan pasalnya nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an itu adalah urat nadi bagi umat Islam dalam mengarungi biduk kehidupan, di dunia maupun di akhirat kelak. Secara maknawi, keindahan sastra Qur’an tidak dapat dibandingkan dengan apapun, sehingga perlu diwarnai dengan sikap yang indah, elok nan estetis.
Potret musabaqah tilawatil qur’an ke 4 Kabupaten Lombok Utara diatas sudah cukup menjadi pelajaran sangat berharga bagi seluruh komponen daerah khususnya para pemangku amanah pembangunan jika ingin melihat perkembangan daerah yang maju di bidang agama pada masa selanjutnya. Oleh karenanya, ajakan kepada segenap elemen masyarakat untuk memaknai kembali elanvital al-Qur’an lewat ajang musabaqah tilawatil qur’an perlu digelorakan secara kontinyu, sinambung dan berkelanjutan. Sebab, peresapan nilai-nilai al-Qur’an tak sebatas saat penghelatan musabaqah saja tapi perlu didengungkan setiap saat supaya suasana-suasana tak elok seperti yang telah terjadi pada pelaksanaan musabaqah pekan lalu tidak terulang lagi di tahun-tahun selanjutnya. Salah satu kesadaran penting yang perlu dibangun secara terus-menerus ialah sikap memupuk, menanamkan dan mencintai al-Qur’an dalam setiap gerak nafas kehidupan.
Dalam konteks ini banyak lokus yang bisa difungsikan untuk menyebarkan misi pembumian al-Qur’an seperti program maghrib mengaji di tengah masyarakat, misalnya tokoh agama di setiap kampung, para ustadz, guru-guru agama serta generasi muda yang menuntut ilmu agama di lembaga pendidikan agama. Mereka ini harus betul-betul diback-up sedemikian rupa guna memberikan pemahaman pada umat mengenai pentingnya nilai-nilai al-Qur’an bagi kehidupan, menumbuhkan dan meningkatkan penghayatan terhadap ilmu pengetahuan agama lewat pengamalan nilai-nilai Al-Qur’an. Urgentif sekali karena Al-Qur’an itu multitafsir. Sangat banyak keunggulan yang dimiliki Al-Qur’an dibanding kitab-kitab lainnya, misalnya sastranya tidak pernah kering sepanjang masa, tidak ada sesuatu apapun yang bisa menandingi keindahan dan kesahihan sastra yang dikandungnya.
Berkait proses pembangunan daerah, maka nilai-nilai agama yang tertukil dalam al-Qur’an mutlak diperhatikan terutama dalam membangun karakter SDM masyarakat supaya benar-benar jadi insan qur’ani yang bermanfaat bagi daerah, nusa dan bangsa. Sejatinya, kita harus mengintegrasikan diri dengan alqur’an supaya pemahaman kita terhadap nilai-nilai yang terkandung di dalamnya utuh dan integral, tidak parsialitas.  
Dengan demikian, spirit pembangunan yang terkandung di dalam al-Qur’an harus mendapat tempat utama di sanubari masyarakat Lombok Utara terutama pemimpin dan para pioner pembangunan daerah agar apa yang menjadi misi dalam membangun dapat terwujud dengan nyata serta bermanfaat bagi orang banyak. Oleh karena itu, pemangku pembangunan sebagai pemegang amanah mesti beracuan pada nilai-nilai Qur’an, sunnah, dan kearifan lokal masyarakat bumi Tioq Tata Tunaq agar target mewujudkan masyarakat yang maju dan beradab dapat berwujud kenyataan bukan cuma isapan jempol semata. Realitas yang tercipta benar-benar nyata bukan sekedar masyarakat yang terbayangkan.      

*PUTRAWADI adalah Pengurus LPTQ Desa Bentek 

Tidak ada komentar: