MEDIA LOKAL RAMAH & AKURAT

Jumat, 28 September 2012

Menyimpan Padi di Sambi, Tradisi yang Nyaris Punah di Kecamatan Gangga


LUMBUNG PADI
 GANGGA (KM Sambiwarga) – Warga Kecamatan Gangga menyimpan padi di lumbung padi disebut Sambi. Sambi itu dijadikan gudang pangan saat gagal panen. Sekarang tradisi menyimpan padi di sambi ini rupanya mulai ditinggalkan. Kemudahan akses transportasi dan pasar membuat masyarakat mendapatkan bahan pangan.
            BANGUNAN berbentuk persegi empat itu terlihat kumuh. Atap ilalangnya rontok. Pagar bambu dibangun berbentuk kotak itu bolong di beberapa bagian. Tiangnya pun oleng. Melihat di balik lubang hanya ada ruang kosong. Tak ada padi laiknya bangunan yang lain. Bangunan itu dikenal masyarakat Desa Gondang dan Desa Bentek dengan nama Sambi atau lumbung padi, tempat penyimpanan gabah sebelum digiling. Posisinya cukup tinggi dari tanah dan tertutup rapat, membuat tikus sangat kesulitan masuk menggerogoti gabah yang tersimpan. Sistem penyimpanan di sambi menjadi kebiasaan di Bentek, Gondang, Rempek dan tempat lainnya di Kecamatan Gangga.
            Saat butuh makan, gabah di dalam sambi diambil secukupnya. Kemudian digiling menggunakan lesong (rantok, lesung panjang berbentuk laiknya perahu, red). “Dahulu setahun kami tidak membeli beras, ada cadangan di sambi,” kata Seman, Warga Bentek. Padi yang disimpan di sambi sudah diperkirakan cukup untuk cadangan pangan keluarga selama setahun. Sementara lauk pauk dan sayur mayur masih bisa disediakan pekarangan rumah atau areal sawah. Hasil ternak juga masih cukup.
            Padi dipanen dengan sistem potong menggunakan anai-anai, kemudian disimpan di dalam sambi. Ada juga warga yang menyimpan di dalam karung lalu dimasukkan ke dalam bangunan yang berada di bagian sisi rumah itu. Zaman dulu, satu rumah biasanya memiliki satu sambi. Pemandangan seperti itu lumrah dijumpai di kampung-kampung tradisional di Gangga, khususnya di Desa Bentek dan Desa Rempek.
            Namun, saat ini sangat jarang bahkan langka para kepala keluarga memanfaatkan sambi di dua desa itu. Jika dulu para keluarga belum tenang sebelum sambi kosong, tapi kini justru jarang sambi yang sengaja diisi. Bahkan fenomena ini pertanda mereka akan meningggalkan tradisi nenek moyang.
            Sambi yang rusak pun tidak diperbaiki. Bahkan kebanyakan warga di dua desa ini  tidak lagi memiliki sambi. Ini menandakan tradisi menyimpan padi di sambi perlahan-lahan mulai bergeser. Kemudahan warga mendapatkan bahan makanan menjadi salah satu penyebab. Jika dulu kawasan Bentek dan Rempek berada di tengah kawasan hutan lebat, akses transportasinya cukup jauh, kini amat mudah diakses. Begitu juga dengan sambi di Desa Gondang dan Sambik Bangkol, perlahan nan pasti mulai berkurang. Kesan yang muncul kemudian, Sambi adalah pasangan setia rumah tradisional berbahan bambu.
            Hilangnya sambi juga berimplikasi pada sistem panen petani. Dulu para petani panen menggunakan anai-anai dan pisau kecil untuk memotong tangkai padi. Tidak dengan merontokkan bulir padi (sistem merompes-red). Seluruh padi yang tersimpan di dalam sambi diikat dengan kuat. Setidaknya ada alasan logis yang membuat sambi masih bertahan hingga saat ini dibeberapa tempat di Gangga, yaitu padi yang disimpan di dalam sambi tidak cepat rusak karena masih yang bertangkai lengkap dengan bulunya. (DJ) 

Tidak ada komentar: