MEDIA LOKAL RAMAH & AKURAT

Jumat, 28 September 2012

Illegal Logging Akibatkan Aliran Sungai Kering

Sungai kering akibat aktivitas pembalakan liar


GANGGA (KM Sambi Warga), Kejahatan menebang hutan yang telah terjadi di beberapa kawasan hutan di Kecamatan Gangga telah membawa preseden buruk bagi masyarakat di wilayah setempat, bahkan masyarakat Lombok Utara.  Pasalnya sungai di beberapa wilayah sedang mengalami kekeringan musim kemarau saat ini. Padahal, dulu pada musim kemarau pun aliran sungai bisa mengalirkan air dalam volume yang besar. Namun, pada musim kemarau saat ini kebanyakan sungai-sungai yang ada hanya mengalirkan air sangat sedikit, bahkan ada yang kering kerontang akibat debit air habis gara-gara ulah oknum yang serakah dan tidak bertanggung jawab.
Hal ini dibuktikan dengan adanya fakta di lapangan dan bahkan beberapa kejadian telah mempertegas adanya pembalakan liar di kawasan hutan lindung. Kondisi ini pula yang semakin memperlihatkan keadaan hutan saat ini memang sedang tersandung masalah. Oleh karena itu, aktivitas pembalakan liar (illegal logging) menjadi biang mengurang drastisnya debit air di bagian hulu sungai.  
Banyak kalangan mengamini, penebangan hutan secara membabi buta membuat daya tahan tanah dalam menampung air berkurang sehingga debitnya mengecil. Hulu sungai memiliki peran vital untuk menjaga keseimbangan air. “ Serius mari kita lihat kondisi hutan di hulu-hulu sungai (kawasan hutan Kecamatan Gangga-red). Jika memang layak tentu tidak seperti ini, ” tutur Jakaria, salah seorang warga Bentek.
Menurut Jakaria, ada unsur keseimbangan dalam alam. Kalau pun Kecamatan Gangga disebut sebagai siklus, seyogiyanya terjadi sejak beberapa puluh bahkan ratusan tahun yang silam. Nyatanya, kekeringan pada beberapa daerah aliran sungai di wilayah di Kecamatan Gangga itu baru terjadi beberapa tahun terakhir. “ Harus konsisten dan faktual kalau ini dibilang siklus. Sejak kapan terjadinya, ” tanya dia. “ Kekeringan di beberapa aliran sungai ini kan muncul setelah kayu-kayunya sudah habis, ” tambahnya semangat.
Pria bertubuh kekar dan tegap ini kemudian menuding, “mafia” di hutan hulu sungai itu masih terjadi hingga saat ini meskipun dia tidak dapat menyebutkan orang-orangnya. Ada oknum-oknum yang ingin merusak vegetasi di Kecamatan Gangga. Meski beberapa minggu lalu telah ditangkap sebagian pelakunya, tapi bukan berarti oknumnya tidak ada lagi. Selama aktivitas tersebut belum dihentikan, jangan harap debit air bisa mengalir lagi, bahkan mungkin akan terjadi terhentinya air mengalir. “Ini pilihan sebetulnya. Kalau pemerintah Kabupaten Lombok Utara mau perihatin atas kondisi yang sedang terjadi, mari kita tegas terhadap para pembalak,” tantangnya.
Ardhi, salah seorang tokoh masyarakat Bentek, menawarkan beberapa solusi bagi pemerintah daerah dan stakeholders terkait agar kekurangan debit air di Kecamatan Gangga tidak terulang kembali pada tahun-tahun mendatang. Pertama, pemerintah Lombok Utara harus mengevaluasi kembali perlindungan hutan di Kecamatan Gangga khususnya dan Lombok Utara pada umumnya. Jika hasil evaluasi itu kemudian menemukan adanya mafia yang mengeruk keuntungan untuk kepentingan pribadi, harus segera ditindak tegas, tanpa pandang bulu.
Kedua, pemerintah daerah harus punya upaya mengembalikan fungsi hutan. Cara yang perlu dilakukan diantaranya menggelar program reboisasi atau penghijauan kembali. “Kembalikan fungsi hutan seperti semula terutama kawasan serapan air,” terangnya. Yang penting harus ada upaya. Jangan sampai hanya menyalahkan alam saja sebagai biang keladi terjadinya keadaan demikian. (DJ)    

Tidak ada komentar: