MEDIA LOKAL RAMAH & AKURAT

Sabtu, 03 Agustus 2013

Memelihara Kearifan Lokal Lewat Gendang Beleq


GANGGAKM SAMBI WARGA, Setiap daerah di Indonesia memiliki kekayaan budaya tersendiri yang beraneka ragam sebagai bukti otentik dari pluralitas bangsa. Pluralitas itu juga tampak dari pelbagai jenis kearifan lokal yang hidup dan tumbuhkembang di pelbagai daerah di tanah air, salah satunya Lombok Utara Nusa Tenggara Barat.
Lombok Utara sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia juga memiliki aneka kearifan lokal baik budaya, bahasa, kesenian, keyakinan, suku, dan lain-lain. Satu di antara kearifan lokal itu berupa gendang beleq. Gendang Beleq merupakan jenis kesenian sasak termasuk masyarakat sasak Lombok Utara khususnya masyarakat Kecamatan Gangga.
Gendang Beleq termasuk perkakas kesenian lokal masyarakat dayan gunung yang dipergunakan sebagai hiburan, karena kesenian ini sering tampil untuk menghibur masyarakat terutama bagi warga yang memiliki hajat gawe (nyongkolang dan sunatan maupun keperluan lain). Kesenian ini memiliki nilai kearifan lokal tinggi. Gendang beleq mempunyai peralatan seperti gong, gendang, kemong, ceng-ceng, gender dan seruling. Di tengah kemajuan zaman yang berkembang pesat saat ini perlu upaya memelihara item-item budaya lokal guna menghindari agar tidak tergerus oleh kemajuan zaman yang kian modern dan makin edan. Urgensi mempertahankan kearifan lokal sebagai buah budaya tradisional karena terbukti telah banyak warisan budaya ditinggalkan oleh generasi kita. Banyak sekali kita lihat generasi muda lebih senang dan menyukai budaya barat ketimbang budaya nenek moyangnya, padahal itu membuat mereka lupa diri dan tidak mengenal jati diri.
            Contoh kasus generasi muda zaman sekarang lebih suka musik rock dan pop ketimbang musik dangdut, padahal dangdut merupakan musik asli ciptaan bangsa kita. Mereka juga lebih menyukai band-band berbau westernis ketimbang musik ketimuran yang sebenarnya lebih mengangkat nilai-nilai kehidupan ketimuran (keindonesiaan - kesasakan). Generasi dayan gunung juga tak dapat ditampik sudah terjangkiti virus kebaratan sehingga bisa kita saksikan mereka lebih senang dan gila dengan budaya global yang justru bertendensi merusak mental mereka. Beberapa gambaran di atas adalah contoh nyata betapa generasi kita lupa terhadap warisan nenek moyangnya.
            Dalam kaitan ini, maka menanamkan kecintaan generasi muda terhadap gendang beleq merupakan salah satu upaya yang dapat ditempuh guna memelihara nilai-nilai kearifan budaya lokal agar tidak lekas punah dan ditinggalkan oleh pewaris aslinya. Gendang beleq memang hanya bagian kecil saja dari cara yang bisa dilakukan untuk mempertahankan budaya lokal yang ada di tengah masyarakat kita. Masih banyak perkakas budaya lokal lain yang juga memiliki nilai kearifan yang tinggi. Gendang beleq adalah fenomena menarik belakangan ini telah menyedot banyak kalangan – tua – muda – di tengah masyarakat dayan gunung, sehingga perlu dilestarikan dan dipelihara kelangsungannya supaya tak cepat tergerus oleh kesenian modern. Seni ala kebaratan sebenarnya alat ampuh bagi bangsa barat untuk mengikis kesenian tradisional. Kesenian modern itu tak lebih dari – sempalan bahkan kedok belaka – bangsa-bangsa barat untuk menjajah mental generasi kita (bangsa Indonesia).
            Maka, menumbuhkan rasa cinta generasi muda terhadap kesenian tradisonal (gendang beleq misalnya) dengan cara melatih, mengajari, menanamkan pemahaman mereka niscaya dibutuhkan agar warisan leluhur nenek moyang kita tidak tercerabut dari benak dan mental generasi muda. Mentalitas mereka perlu dijejali dengan nilai-nilai budaya asali supaya mereka tidak kehilangan jati diri dan orisinalitas budaya. Sehingga, akhirnya generasi kita dapat mencintai, memelihara, merawat dan mempertahankan akar budaya leluhur mereka yang orisinil dan sarat nilai kehidupan. (dj) 

Tidak ada komentar: