Sopyan, SIP (Tokoh Masyarakat Pemenang)
gangga
(sambiwarga), Genderang Pemilu 2014 telah usai. Namun wajah-wajah
baru legislator pengisi gedung Sriti lembaga Dewan Perwakilan Rakyat
Lombok Utara tampaknya sulit diharapkan mampu mengawal
pembangunan daerah. Karenanya untuk mengontrol kinerja para wakil
rakyat perlu adanya Parlemen Jalanan guna memastikan mereka
benar-benar bekerja untuk rakyat dayan gunung. Demikian konklusi
pandangan Sopyan, SIP tokoh masyarakat Pemenang.
Pemikiran
cukup bernas itu dilontarkan Sopyan setelah melihat perjalanan
sejarah pemilu pasca reformasi yang tidak lebih baik dari pemilu
sebelumnya, apalagi banyak kalangan menilai proses pemilu 2014 paling
bobrok karena penuh dibumbui penyimpangan misalnya politik uang.
Hasil pemilu 2014 bisa dijadikan proyeksi kinerja anggota dewan. Ada
beberapa prediksi yang kemungkinan terjadi, pertama, Rakyat
tidak berhasil memilih wakil yang tepat. Kedua, bahwa karena
minimnya informasi pembangunan yang diterima maka rakyat akan selalu
dikebiri hak-haknya. Ketiga, adanya anggota dewan yang lihai
dalam komunikasi massa hingga pada akhirnya rakyat terkelabui dengan
janji-janji muluk.
Sopyan
menambahkan, dalam kasus pemilu di Lombok Utara bahwa demokrasi
membutuhkan pra syarat yaitu kuatnya eksistensi golongan tertentu
yang tentunya berkepentingan. Golongan ini menjadi salah satu kunci
keberhasilan sistem demokrasi, karena disamping merupakan tulang
punggung masyarakat dalam banyak hal, mereka juga tak pelak menjadi
penggerak masyarakat dalam peranan politiknya. Apabila golongan ini
kuat maka mekanisme demokrasi dapat berjalan lebih baik. Sebaliknya
jika golongan ini tidak kuat, maka demokrasi akan diwarnai dengan
siapa kuat akan menang (intimidasi, politik uang, dan lainnya). Hanya
dengan hadirnya para relawan demokrasi yang berjiwa penolong yang
independenlah demokrasi yang sehat dapat berjalan. Tanpa adanya itu,
sulit mengawal demokrasi, maka pemilu hanya akan menghasilkan
pemerintahan yang akan lebih berperan menjadi pengelola kepentingan
borjuasi lokal.
Oleh
sebab itu lanjutnya, para cerdik-cendekia daerah ini harus berani
tampil ‘berteriak’ lantang pada penguasa dan wakil rakyat agar
mereka peduli pada kesejahteraan rakyat, gerakan reformasi 1998
adalah fakta sejarah bahwa parlemen jalanan efektif menjadi kontrol
atas penguasa. Bila kita belum yakin bahwa saat ini golongan
cendikiawan di dayan gunung telah cukup kuat untuk dapat mengawal
demokrasi, maka parlemen jalanan nampaknya cocok menjadi pilihan
apabila demokrasi kita ternyata tidak memenuhi persyaratan sesuai
harapan masyarakat bumi Tioq Tata Tunaq. (dj)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar