GANGGA – KM SAMBIWARGA, Salah satu ciri era otonomi
daerah adalah tumbuhnya budaya industri di masyarakat baik industri besar,
sedang, dan industri kecil yang punya beragam pendekatan baik budaya, sosial
maupun pendekatan ansich ekonomis.
Pasalnya budaya industri merupakan keniscayaan, memiliki kekuatan dan peran
tersendiri dalam membangun daerah. Oleh karenanya sangat penting menumbuhkan
aspek tersebut dalam kehidupan masyarakat guna membentuk karakter, daya saing
dan SDM yang handal serta profesional sehingga dapat berkompetisi di kancah
persaingan global saat ini berlandaskan nilai-nilai budaya yang tumbuh dan
hidup di dalam kehidupan masyarakat itu sendiri. Demikian intisari Fokus Group Discussion yang
diselenggarakan Taman Budaya NTB di aula Kantor Bappeda Kabupaten Lombok Utara,
kemarin.
FGD
ini menghadirkan tiga pembicara, masing-masing akademisi Unram, Dr. HM. Sukri,
M.Hum., Kepala Bidang Ekonomi Lombok Utara dan Pemerintah Provinsi NTB. Dalam
pemaparannya, HM. Sukri menjelaskan, membangun budaya industri di tengah
masyarakat harus diawali dengan pembangunan SDM. Jika hal itu tidak dilakukan,
maka program membangun budaya industrial hanya akan menjadi retorika belaka.
Pasalnya, budaya industri itu ditandai persaingan yang ketat dan keunggulan
komparatif. Oleh karenanya diperlukan SDM yang handal, cakap, terampil dan
profesional. “Jika program ini ingin benar-benar diwujudkan, maka pemerintah
dan semua elemen daerah harus serius dan berkomitmen melaksanakannya secara
simultan. Mesti adanya pembinaan yang terus menerus dan berkelanjutan. Jika
hal-hal ini dikesampingkan, maka program ini cuma isapan jempol belaka,” terangnya.
Sementara
itu, Kepala Bidang Ekonomi KLU, Wartawan, A.Md, mengungkapkan, untuk mewujudkan
program tersebut, langkah nyata yang ditempuh pemerintah adalah memberikan
peluang dan mendorong masyarakat untuk membentuk lembaga-lembaga usaha kecil
dan menengah berdasarkan potensi ekonomi lokal. kemudian, lembaga yang ada
dibantu dan bina baik modal maupun peningkatan kapasitas SDM. Selain itu,
pihaknya juga sedangkan membangun lokasi pemusatan produk-produk UKM masyarakat
di atas tanah seluas 1 hektar lebih. Lokasi itu diberinama Pasar UKM Lombok
Utara, semacam artshop atau showroom sebagai tempat menampung produk-produk
lokal. kemudian langkah selanjutnya, pemerintah telah membangun jejaring pasar
agar produk-produk itu dapat dijual dengan harga yang tinggi. “Kami telah
melakukan beberapa hal di atas. Insya allah tahun depan sudah bisa digunakan,”
tandasnya.
Sedangkan
pemerintah Provinsi NTB lebih menyoroti strategi pemasaran dan bentuk-bentuk
disain produk. Menurutnya, disain produk mesti disesuaikan dengan permintaan
pasar tak bisa bergantung pada selera sendiri. Intinya, produk harus dikemas
dengan sedemikian rupa dan sesuai permintaan konsumen. “Harus memperhatikan
faktor demand pasar, bukan
sebaliknya. Disamping juga memperhatikan harga penawaran dari pasar (supply
marketable),” ujarnya. Tapi yang
paling penting dalam budaya industri itu adanya komitmen yang kuat untuk
merencanakan dan menjalankan jenis-jenis industri yang dijadikan icon khas
daerah, tanpa itu maka hanya mimpi belaka saja. “Harus adanya komitmen dan
kerja keras elemen-elemen daerah untuk mengusung dan mengawal secara
bersama-sama program yang telah dicanangkan,” ketusnya mengakhiri. (sdi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar