GANGGA (KM Sambiwarga),
Ajang kompetisi bergengsi Musabaqah
Tilawatil Qur’an ke-4 tingkat Kabupaten
Lombok Utara yang diselenggarakan di Kecamatan Gangga telah ditutup pekan lalu. Kompetisi
itu harus dijadikan kilas balik bagi seluruh elemen
masyarakat dayan gunung dalam menata masa depan bumi Tioq Tata Tunaq yang lebih
baik. Pasalnya, banyak realitas janggal bahkan sungguh miris, semestinya tak perlu
terjadi tapi asa berkehendak lain. Banyak sekali hal-hal yang tak patut terjadi
mulai persoalan teknis seperti pelayanan konsumsi yang sangat jauh dari standar
pelayanan minimal, para kafilah terabaikan hingga persoalan prinsipil seperti
indikasi panitia berbisnis dan masalah lainnya yang sejatinya tidak boleh
terjadi dalam MTQ. Sungguh ironis, masih banyak hal-hal yang perlu diperbaiki atau
dibenahi supaya permasalahan sejenis tidak terulang kembali pada kegiatan
serupa di masa mendatang. Jangan sampai hal-hal yang dapat mencederai esensi
musabaqah terus terjadi hingga kesekian kalinya. Ini sangat urgentif maknanya apabila
dikaitkan dengan upaya membangun menuju daerah yang maju dan
beradab, karena musabaqah tilawatil qur’an sebetulnya merupakan salah satu cara
kita mencintai al-Qur’an dan membumikan misi syiar Islam di tengah masyarakat
terlebih lagi bagi daerah otonomi baru Lombok Utara, dimana seluruh elemen masyarakat dihadapkan dengan
pelbagai program pembangunan menuju target yang telah dicanangkan.
Para pemegang polse
pembangunan daerah semestinya harus lebih arif dan bijak dalam melaksanakan
kegiatan besar umat Islam ini. Mengedepankan sikap etis dan santun, tatalaksana
yang elok dan rapi, bukan sebaliknya, menampakkan perilaku dan tindakan yang semestinya
tidak elok dihadapan publik. Bukan mengedepankan hal-hal yang justru bertolak
belakang dengan semangat musabaqah itu sendiri. Panitia meski mengedepankan nilai-nilai yang luhur, etiket baik,
profesionalisme dan kecakapan yang dapat mendukung kelancaran kegiatan. Ini
niscaya sekali diperhatikan pasalnya nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an itu
adalah urat nadi bagi umat Islam dalam mengarungi
biduk kehidupan, di dunia maupun di akhirat kelak. Secara maknawi, keindahan sastra Qur’an tidak dapat
dibandingkan dengan apapun, sehingga perlu diwarnai dengan sikap yang indah,
elok nan estetis.
Potret musabaqah tilawatil
qur’an ke 4 Kabupaten Lombok Utara diatas sudah cukup menjadi pelajaran sangat berharga
bagi seluruh komponen daerah khususnya para pemangku amanah pembangunan jika
ingin melihat perkembangan daerah yang maju di bidang agama pada masa
selanjutnya. Oleh karenanya, ajakan kepada segenap elemen masyarakat untuk memaknai
kembali elanvital al-Qur’an lewat ajang musabaqah tilawatil qur’an perlu
digelorakan secara kontinyu, sinambung dan berkelanjutan. Sebab, peresapan
nilai-nilai al-Qur’an tak sebatas saat penghelatan musabaqah saja tapi perlu
didengungkan setiap saat supaya suasana-suasana tak elok seperti yang telah
terjadi pada pelaksanaan musabaqah pekan lalu tidak terulang lagi di
tahun-tahun selanjutnya. Salah satu kesadaran penting yang perlu dibangun secara
terus-menerus ialah sikap memupuk,
menanamkan dan mencintai al-Qur’an dalam setiap
gerak nafas kehidupan.
Dalam konteks ini banyak lokus
yang bisa difungsikan untuk menyebarkan misi pembumian al-Qur’an seperti
program maghrib mengaji di tengah masyarakat, misalnya tokoh agama di setiap kampung,
para ustadz, guru-guru agama serta generasi muda yang menuntut ilmu agama di
lembaga pendidikan agama. Mereka ini harus betul-betul diback-up sedemikian rupa
guna memberikan
pemahaman pada umat mengenai pentingnya nilai-nilai al-Qur’an bagi
kehidupan, menumbuhkan dan
meningkatkan penghayatan terhadap ilmu
pengetahuan agama lewat pengamalan
nilai-nilai Al-Qur’an. Urgentif sekali
karena Al-Qur’an itu multitafsir. Sangat
banyak keunggulan yang dimiliki Al-Qur’an dibanding kitab-kitab
lainnya, misalnya sastranya tidak pernah kering sepanjang masa, tidak ada sesuatu apapun yang bisa menandingi
keindahan dan kesahihan sastra yang dikandungnya.
Berkait proses pembangunan
daerah, maka nilai-nilai agama yang tertukil
dalam al-Qur’an mutlak diperhatikan terutama dalam membangun karakter SDM masyarakat supaya benar-benar jadi insan qur’ani yang bermanfaat
bagi daerah, nusa dan bangsa.
Sejatinya, kita harus mengintegrasikan diri dengan alqur’an supaya pemahaman kita terhadap nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya utuh dan integral, tidak parsialitas.
Dengan demikian, spirit
pembangunan yang terkandung di dalam al-Qur’an harus mendapat tempat utama
di sanubari masyarakat Lombok Utara terutama pemimpin dan para pioner
pembangunan daerah agar apa yang menjadi misi dalam membangun dapat terwujud dengan
nyata serta bermanfaat bagi orang banyak. Oleh karena itu, pemangku pembangunan
sebagai pemegang amanah mesti beracuan pada nilai-nilai Qur’an, sunnah, dan kearifan
lokal masyarakat bumi Tioq Tata Tunaq agar target mewujudkan masyarakat yang
maju dan beradab dapat berwujud kenyataan bukan cuma isapan jempol semata. Realitas
yang tercipta benar-benar nyata bukan sekedar masyarakat yang
terbayangkan.
*PUTRAWADI adalah Pengurus LPTQ Desa Bentek
Tidak ada komentar:
Posting Komentar