PUTRAWADI, DEWAN AMAN NTB
GANGGA (KM SAMBI WARGA), Menapaki usia yang ke 55 tahun, Provinsi
Nusa Tenggara Barat masih dihinggapi sejumlah permasalahan yang hingga kini
belum terselesaikan dengan tuntas.
Tokoh sekaligus pemerhati kemiskinan
NTB, Putrawadi, mengatakan di usianya yang sudah setengah abad lebih ini kemiskinan
masih menjadi masalah yang berat sekaligus momok yang mengkhawatirkan bagi
provinsi yang terbentuk pada tahun 1958 ini. Tingkat kemiskinan masih cukup
tinggi mencapai 18 persen. Kendati pemerintah daerah selama ini telah berbuat
cukup banyak dan maksimal untuk mengurangi tingginya angka kemiskinan itu. Inilah
tantangan cukup berat bagi para calon yang bertarung pada gawe Pilkada gubernur
bulan Mei mendatang. “Pemimpin NTB yang terpilih dalam percaturan pemilihan
gubernur nanti mesti berusaha lebih keras lagi, ini karena pengurangan angka
kemiskinan yang telah ditargetkan 2
persen dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) NTB sampai saat
ini belum tercapai,” ujar Putrawadi.
Putrawadi menyoroti semakin maraknya
konflik sosial akhir-akhir ini seperti bentrok antar warga dan konflik
horizontal lainnya. Di sepanjang tahun 2012 lalu NTB tidak henti-hentinya
dirundung konflik sosial yang berimbas tidak kecil, baik jiwa dan harta benda.
Bahkan, diawal tahun 2013 ini fenomena yang sama pun terjadi seperti konflik
masyarakat cakranegara beberapa waktu lalu. Tentunya kondisi ini membuat kita
sangat prihatin. Dan, ini menjadi perhatian utama kepala daerah selanjutnya.
“Jangan sampai hal-hal yang merusak kerukunan antarwarga terjadi lagi pada
kepemimpinan daerah ke depan,” ingat aktivis AMAN NTB ini.
Maraknya konflik yang terjadi salah satu
faktor pemicunya adalah tekanan ekonomi dan menganganya kesenjangan sosial di
tengah masyarakat. Dampaknya, situasi ini menimbulkan frustasi sosial yang mendalam
dan tercermin dari mudah terhasutnya warga untuk melakukan tindakan anarkis dan
destruktif. “ Semua ini ekses dari tekanan ekonomi yang cukup berat menghimpit
masyarakat, ” tuturnya.
Aktivis yang sudah berselancar bertahun-tahun
di AMAN ini melihat, bahwa selama ini setiap kali timbul konflik sosial, pemerintah
dinilai tidak mampu mencari akar persoalan dibalik konflik sosial itu sehingga
duduk perkaranya tidak pernah dapat diselesaikan hingga tuntas. Sesungguhnya,
dalam penyelesaian konflik itu tidak hanya dapat menggunakan pendekatan
keamanan dan formalitas semata tapi perlu melihat latar belakang yang menyulut
terjadinya konflik. Sehingga kita tidak perlu heran kenapa konflik muncul
berkali-kali bahkan menjadi rutinitas tahunan masyarakat.
Oleh karena itu supaya pelbagai problem
sosial kemasyarakatan itu dapat terselesaikan sampai keakar-akarnya maka
pemimpin NTB kedepan harus mampu membaca dinamika sosial masyarakat, peduli dan
mengayomi masyarakat bahkan harus merasa senasib dengan masyarakat terutama
warga miskin dan terpinggirkan. Karenanya
para calon yang bertarung pada Pilkada Mei mendatang harus mampu menawarkan konsep-konsep
jitu dan praktis-pragmatis untuk menyelesaikan sekian problematika yang tengah
dialami jutaan masyarakat Nusa Tenggara Barat bukan hanya mengumbar janji-janji
muluk yang pada akhirnya cuma bikin kaum miskin dan termarjinalkan kecewa dan
traumatis yang mendalam.
Setidaknya pemimpin NTB kedepan harus mampu
menjawab tiga problem besar yang hingga kini masih membuat daerah ini
terseok-seok dibanding daerah lainnya di Indonesia. Pertama, masalah kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan dan
penganguran merupakan problem terbesar provinsi ini yang tidak pelak telah membuat daerah ini masih jauh ketinggalan
dengan daerah lain. Indikator masih tingginya kemiskinan itu salah satunya
diperlihatkan oleh masih banyak warga miskin yang belum memiliki pekerjaan tetap
yang dibuktikan dari masih tingginya masyarakat pengangguran dan setengah
menganggur terutama di wilayah-wilayah pelosok dan pesisir pantai. Untuk
mengatasi masalah ini pemimpin kedepan mesti mampu menawarkan konsep-konsep strategis
yang dapat memberi ruang pekerjaan kepada masyarakat pengangguran dan setengah
menganggur tersebut.
Kedua, masalah kesehatan. Kesehatan menempati
urutan kedua masalah besar yang menghinggapi NTB. Masih banyaknya angka
kematian ibu dan anak dalam beberapa tahun terakhir ini mengindikasikan masih
rendahnya kualitas kesehatan masyarakat. Karenanya, pemimpin kedepan harus
mampu menawarkan konsep-konsep kesehatan yang memadai, pelayanan kesehatan yang
prima dan kebijakan kesehatan yang populis. Selama ini masyarakat selalu
dihadapkan pada kebijakan yang menyulitkan, mata rantai birokrasi yang panjang
dan berliku-liku ditambah pelayanan kesehatan yang lamban dan tidak ramah bisa
dijadikan indikator untuk membuktikan fakta tersebut. Ini harus dijawab dengan
pelayanan yang ramah, terbuka, transparan dan kebijakan kesehatan yang populis
atau propoor. Di samping manajemen kesehatan yang praktis dan mudah diakses
masyarakat.
Ketiga, masalah pendidikan. Dunia pendidikan di Nusa
Tenggara Barat hingga saat ini dianulir banyak kalangan belum mengalami
kemajuan meskipun telah terjadi perubahan pada manajemen dan pola pendekatan.
Tetapi belum memberikan efek siginifikan bagi peningkatan indeks pembangunan
manusia NTB. Ini terbukti NTB masih tetap menempati urutan 32 dari 33 provinsi
di Indonesia. Meski diakui pembangunan SDM merupakan pembangunan jangka panjang
yang hasilnya tidak bisa dicapai secara instan namun setidaknya kebijakan dan
pola manajerial pendidikan yang mengalami perubahan itu semestinya memberi efek
kemajuan. Masalah lain, anggaran pendidikan juga tidak beranjak meningkat, semestinya
harus terealisasi 20 persen baik dari APBD maupun APBN. Anggaran yang belum
terealisasi optimal ini mengharuskan para pemangku kabijakan daerah ini kedepan
harus berkomitmen kuat agar pos anggaran yang jumlahnya 20 persen itu
benar-benar dapat terimplementasi sesuai amanat konstitusi untuk membiayai
pengelolaan pendidikan di Nusa Tenggara Barat. Ketiga problema besar di atas
mestinya segera dapat dituntaskan oleh pemangku kebijakan daerah agar predikat
NTB dapat berubah menyesuaikan kondisi zaman dan pergerakan peradaban manusia
seperti di negara-negara maju yang mengalami kemajuan pesat bak pesawat terbang
yang terbang melesat di angkasa raya.
Putrawadi adalah Pemerhati
Masalah Kemiskinan dan Pengurus Wilayah AMAN NTB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar