Sungai kering akibat aktivitas pembalakan liar
GANGGA (KM Sambi Warga),
Kejahatan menebang hutan yang telah terjadi di beberapa kawasan hutan di
Kecamatan Gangga telah membawa preseden buruk bagi masyarakat di wilayah
setempat, bahkan masyarakat Lombok Utara.
Pasalnya sungai di beberapa wilayah sedang mengalami kekeringan musim
kemarau saat ini. Padahal, dulu pada musim kemarau pun aliran sungai bisa
mengalirkan air dalam volume yang besar. Namun, pada musim kemarau saat ini
kebanyakan sungai-sungai yang ada hanya mengalirkan air sangat sedikit, bahkan
ada yang kering kerontang akibat debit air habis gara-gara ulah oknum yang serakah
dan tidak bertanggung jawab.
Hal ini
dibuktikan dengan adanya fakta di lapangan dan bahkan beberapa kejadian telah mempertegas
adanya pembalakan liar di kawasan hutan lindung. Kondisi ini pula yang semakin
memperlihatkan keadaan hutan saat ini memang sedang tersandung masalah. Oleh
karena itu, aktivitas pembalakan liar (illegal
logging) menjadi biang mengurang drastisnya debit air di bagian hulu
sungai.
Banyak
kalangan mengamini, penebangan hutan secara membabi buta membuat daya tahan tanah
dalam menampung air berkurang sehingga debitnya mengecil. Hulu sungai memiliki
peran vital untuk menjaga keseimbangan air. “ Serius mari kita lihat kondisi
hutan di hulu-hulu sungai (kawasan hutan Kecamatan Gangga-red). Jika memang
layak tentu tidak seperti ini, ” tutur Jakaria, salah seorang warga Bentek.
Menurut
Jakaria, ada unsur keseimbangan dalam alam. Kalau pun Kecamatan Gangga disebut
sebagai siklus, seyogiyanya terjadi sejak beberapa puluh bahkan ratusan tahun
yang silam. Nyatanya, kekeringan pada beberapa daerah aliran sungai di wilayah
di Kecamatan Gangga itu baru terjadi beberapa tahun terakhir. “ Harus konsisten
dan faktual kalau ini dibilang siklus. Sejak kapan terjadinya, ” tanya dia. “
Kekeringan di beberapa aliran sungai ini kan
muncul setelah kayu-kayunya sudah habis, ” tambahnya semangat.
Pria bertubuh
kekar dan tegap ini kemudian menuding, “mafia” di hutan hulu sungai itu masih terjadi
hingga saat ini meskipun dia tidak dapat menyebutkan orang-orangnya. Ada
oknum-oknum yang ingin merusak vegetasi di Kecamatan Gangga. Meski beberapa
minggu lalu telah ditangkap sebagian pelakunya, tapi bukan berarti oknumnya
tidak ada lagi. Selama aktivitas tersebut belum dihentikan, jangan harap debit
air bisa mengalir lagi, bahkan mungkin akan terjadi terhentinya air mengalir. “Ini
pilihan sebetulnya. Kalau pemerintah Kabupaten Lombok Utara mau perihatin atas
kondisi yang sedang terjadi, mari kita tegas terhadap para pembalak,”
tantangnya.
Ardhi, salah
seorang tokoh masyarakat Bentek, menawarkan beberapa solusi bagi pemerintah daerah
dan stakeholders terkait agar kekurangan
debit air di Kecamatan Gangga tidak terulang kembali pada tahun-tahun
mendatang. Pertama, pemerintah Lombok
Utara harus mengevaluasi kembali perlindungan hutan di Kecamatan Gangga
khususnya dan Lombok Utara pada umumnya. Jika hasil evaluasi itu kemudian menemukan
adanya mafia yang mengeruk keuntungan untuk kepentingan pribadi, harus segera
ditindak tegas, tanpa pandang bulu.
Kedua, pemerintah daerah harus punya upaya mengembalikan fungsi hutan.
Cara yang perlu dilakukan diantaranya menggelar program reboisasi atau
penghijauan kembali. “Kembalikan fungsi hutan seperti semula terutama kawasan
serapan air,” terangnya. Yang penting harus ada upaya. Jangan sampai hanya
menyalahkan alam saja sebagai biang keladi terjadinya keadaan demikian. (DJ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar